ARTIKEL DOSEN – CONSUMER LOSS DARI PANDEMI COVID 19?

Published by BIDANG MULTIMEDIA HIMAEP UNISBA on

Spread the love

Penulis : Dr. Ima Amaliah, S.E., M.SI.

Dunia  tiba-tiba dikejutkan dengan adanya wabah virus Corona. Awalnya dunia tidak mempercayai virus Corona dapat menyebar begitu cepat dan sangat mematikan bahkan menjadi pandemi. Negara China yang merupakan wilayah pertama munculnya virus Corona pun tidak mempercayai bahwa virus Corona akan mengubah tatanan perekonomian China dan perekonomian dunia dalam sekejap mata.

Indonesia merupakan Negara yang cukup lambat merespon perkembangan virus Corona. Pemerintah sempat mengungkapkan di Indonesia zero virus Corona, padahal Indonesia merupakan Negara yang sangat terbuka untuk keluar masuknya orang asing, sehingga sangat mustahil jika Indonesia bebas virus Corona. WHO pun menyangsikan  pernyataan tersebut dan meminta Indonesia untuk lebih transparan tentang virus  Corona.  Indonesia diminta untuk bersikap lebih transparan atas apa yang terjadi dengan virus Corona. Setelah mendapat teguran dari WHO dan banyak korban yang berguguran akibat pandemic covid-19, maka Indonesia mulai bergerak dan mengeluarkan banyak kebijakan mulai dari melakukan tindakan social distancing, bekerja di rumah (work from home) hingga aksi lock down secara parsial dan berskala besar (PSBB).

 Berapa Consumer Loss akibat Pandemi Covid 19?

Tidak dapat dipungkiri Covid-19 telah menyebabkan berhentinya berbagai aktivitas ekonomi. Banyak perusahaan yang terpaksa menghentikan kegiatan produksinya karena pemerintah mengeluarkan kebijakan social distancing. Efeknya terjadi PHK besar-besaran dalam beberapa sector industri. Industri tekstil merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling terimbas oleh kebijakan tersebut. Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) ada sekitar 1,8 juta tenaga kerja di sektor TPT telah dirumahkan sementara bahkan sebagiannya sudah di-PHK. Selain itu, adanya work from home juga telah menyebabkan berbagai sektor seperti sektor pendidikan menghentikan aktivitasnya dan mengganti dengan system daring. Pemulangan mahasiswa ke daerah asalnya dan berhentinya aktivitas pendidikan mulai dari tingkat SD sampai SMA menyebabkan berhentinya aktivitas turunan lainnya baik yang terkait langsung maupun yang tidak terkait. Efeknya PHK semakin meluas. Daya beli masyarakat semakin rendah karena distribusi logistic pun ikut terkena imbasnya. Menurut Menteri Keuangan sampai bulan Mei 2020 telah terjadi perlonjakan angka pengangguran sebesar 5,9 juta orang dan angka kemiskinan sebesar 1,1 juta orang.  Tingginya angka pengangguran dan tingkat kemiskinan telah menyebabkan daya beli masyarakat turun yang berimbas pada turunya permintaan keseluruhan (aggregate demand) dan pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini semakin memburuk karena nilai tukar kurs Rp/$ juga terus mengalami perlemahan (depresiasi). Saat ini kurs Rupiah terhadap dollar telah menembus angka Rp 14.960 /$. Ini semakin mempersulit kondisi perekonomian karena harga barang-barang impor termasuk harga bahan baku akan terdorong naik dan membebani biaya produksi dan harga barang akhir. Melihat fenomena di atas betapa besar kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat (consumer loss) dari Pandemi Covid 19 ini.

Masih adakah Hikmah dari Fenomena Covid-19?

Sebagai mahluk yang berakal, kita tidak mungkin tetap berpikir dalam satu titik yang sama. Ketika ada kesulitan manusia berusaha untuk keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Social distancing, Work from home, pembatasan berskala besar di satu sisi telah menyebabkan banyak aktivitas yang terpaksa dihentikan. Namun demikian, ada banyak kegiatan yang justru muncul dalam kondisi sulit seperti ini, Orang menjadi lebih kreatif untuk menciptakan berbagai kegiatan yang melibatkan teknologi. Meskipun raganya terkurung di rumah namun banyak kreativias yang lahir dari kesulitan ini. Ada banyak konten youtube yang diciptakan oleh seseorang, ada banyak inovasi yang telah diciptakan guna mempermudah dilakukanya berbagai aktivitas yang dapat mendatangkan rupiah. Selain itu, Covid-19 telah meningkatkan nilai-nilai spiritualis dalam diri setiap individu, membuat hubungan personal semakin membaik, solidaritas sosial semakin besar, komunikasi orang tua dengan anak-anaknya semakin membaik dan lainnya. Oleh karena itu, janganlah meratapi apa yang sedang diujikan Allah kepada manusia tapi mari kita berlomba-lomba mencari hikmah dibalik ujian ini. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu sendiri mengubahnya (QS. Ar-Rad: 11)

Categories: Artikel Dosen

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *